Articles

Mengangkat Peran Mahasiswa Dalam Isu Kebencanaan

Tanggal Rilis: 14 Jan 2023 | 18:00

Tags: GMLS, UMN, Humanity Project

Penulis: Nisrina Khairunnisa

Seseorang yang mengenyam pendidikan di bangku perguruan tinggi disematkan status sebagai ‘mahasiswa’. Mahasiswa terbentuk dari kata maha dan siswa. Asal kata maha berasal dari bahasa Sansekerta dengan arti yang hampir sama dengan KBBI, yaitu ‘sangat’, ‘besar’, atau ‘mulia’. Sedangkan siswa menurut KBBI, adalah ‘murid’ atau ‘pelajar’ yang berarti sosok pembelajar yang giat mempelajari ilmu pengetahuan. Perlu pemaknaan yang cukup matang untuk dapat memahami kata tersebut secara utuh. Sebab, mengemban titel ‘mahasiswa’ menjadi suatu tanggung jawab yang tidak mudah.

Selain dituntut untuk menjadi cendekiawan, mahasiswa juga memiliki beberapa peran yang tidak bisa lepas dari kontribusinya di lingkup sosial. Fungsi mahasiswa sangat dibutuhkan masyarakat umum khususnya bagi Bangsa Indonesia yang tingkat pendidikannya masih tergolong rendah. Dikutip dari databoks.katadata.co.id, ada sekitar 6% penduduk Indonesia yang sudah mengenyam pendidikan tinggi. Hal ini terbilang sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan masyarakat Indonesia. Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), penduduk Indonesia berjumlah 275,36 juta jiwa pada Juni 2022.

Dari pangkalan data tersebut, sumber daya manusia dengan potensi dan kualitas berdasarkan tingkat pendidikan masih perlu menjadi bahan evaluasi yang mesti ditilik kembali oleh petinggi di negara ini. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri ialah dengan meningkatkan kemampuan dan kelebihan yang telah dipelajari agar pantas untuk dijadikan panutan serta teladan bagi masyarakat luas. Tentu hal ini akan semakin memotivasi generasi muda untuk bertekad menempuh jenjang pendidikan setinggi mungkin. Saat ini, peran mahasiswa menjadi harapan besar untuk kebangkitan suatu negara khususnya Indonesia yang merupakan negara dengan kekayaan budaya dan intelektual.

Indonesia dengan segudang isu yang masih terus bergulir memerlukan sosok – sosok pembelajar yang peduli dan cinta terhadap tanah kelahirannya. Satu dari sekian isu yang tak kalah penting untuk dijadikan pembahasan saat ini ialah isu kebencanaan. Belakangan, alam sudah ‘tak tahu malu’ untuk menunjukkan kegarangannya kepada manusia. Bencana secara beruntun terjadi membengkakkan mata manusia yang terdampak di wilayah rawan terjadi tragedi yang cukup merugikan para makhluk hidup. Kebanyakan dari mereka pasrah atas apa yang menjadi kehendak Sang Maha Kuasa. Namun, perlu diketahui bahwa musibah yang menimpa manusia akibat kondisi alam ini seharusnya masih bisa diatasi atau minimal dikurangi dampak buruknya.

Bencana alam yang sering muncul di bumi pertiwi merupakan keniscayaan yang harus diterima oleh seluruh warga berkebangsaan Indonesia. Fakta geografis Indonesia yang terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia, yakni Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik menjadikan Indonesia sebagai kawasan Cincin Api Pasifik. Kondisi ini memicu seringnya gempa bumi dan letusan gunung berapi di sekitaran wilayah cincin api. Hal inilah yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara paling rawan bencana. Tidak bisa dimungkiri bahwa realita di depan mata ini menjadi tantangan besar Bangsa Indonesia, khususnya bagi generasi masa depan yang akan memegang kendali di negeri ini.

Kontribusi Penting Mahasiswa

Sebagai agent of change atau agen perubahan yang dapat mengundang respon aksi dari berbagai kalangan mulai dari kaum tua hingga anak muda, mahasiswa merupakan golongan yang bisa diandalkan untuk mempengaruhi khalayak. Kontribusi dari pelajar di jenjang pendidikan tinggi yang memiliki keahlian mendalam di berbagai bidang ini sudah sepantasnya menjadi sumber potensial untuk bangkit bersama – sama memecahkan permasalahan. Tak sampai disitu, peran mahasiswa juga diperuntukan untuk mencari solusi terbaik dalam penanganan persoalan bencana mulai dari konsep mitigasi dan resiliensi bencana sehingga proses rekonstruksi pasca bencana lebih mudah terkendali.

Seperti halnya yang dilakukan Idzma Mahayattika pada 2004, tatkala ia masih berstatus mahasiswa. Ia dengan rasa kepeduliannya terhadap kegiatan kemanusiaan kala itu mendaftarkan diri ke beberapa komunitas dan institusi kerelawanan hingga akhirnya bergabung bersama Pandu Keadilan dan Relawan Jawa Barat. Ia bertugas sebagai tim SAR dan Rescue untuk membuka jalur ke Meulaboh. Namun setelah sampai disana, Idzma bersama tim diarahkan untuk mendukung tim logistik dan rumah sakit. Sebelumnya, ia sempat melakukan bersih – bersih Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh agar bisa kembali menyelenggarakan sholat jumat pasca tsunami sebagai simbol kebangkitan Aceh. Bersama dengan timnya, Idzma beraksi menjadi relawan di Aceh dengan segala tantangan yang mesti mereka lewati. Salah satunya ialah ketika berada di wilayah konflik.

Menurut Idzma, seorang mahasiswa harus bisa peka dengan kondisi sekitarnya dengan mengasah kepekaan sosial di tengah masyarakat dan lingkungan. Mahasiswa memiliki hak istimewa yang sangat berpeluang dengan mudah untuk berkontribusi langsung dengan lingkup sosial, khususnya kebencanaan. Dalam mengikuti proses kerja dalam isu kebencanaan, terdapat beberapa hal yang perlu disiapkan mahasiswa. Idzma membagi kedalam beberapa poin, yaitu:

1. Bergabung dan bekerja sama dengan lembaga profesional agar memiliki dasar arahan yang jelas dan belajar dari mereka yang sudah memiliki pengalaman terdahulu.
2. Sadari kemampuan diri sehingga bisa membantu sesuai kapasitas tanpa memaksakan hal – hal yang berada di luar kendali.
3. Turut andil dalam memajukan program dengan mengikuti SOP secara terstruktur dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Kolaborasi Menjadi Kunci

Dari pengalaman yang disampaikan narasumber sebelumnya, mahasiswa sepatutnya dapat menyadari betapa sakral dan magisnya peran mereka di masyarakat. Dari sekian banyak gelar yang ada dunia, mahasiswalah yang paling memiliki potensi untuk menjangkau ke banyak area. Lengkap dengan kemampuan kompeten yang telah dipelajari dan kelebihan lainnya yang dimiliki generasi muda, tentunya masyarakat Indonesia tidak bisa menutupi fakta bahwa mereka sangat menggantungkan masa depan yang cerah dengan keberadaan mahasiswa yang peduli terhadap bangsanya.

Melakukan kolaborasi dengan pihak – pihak ahli akan semakin memperkuat daya juang yang ingin dicapai. Seperti yang dilakukan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara yang memberikan peran sertanya kepada Gugus Mitigasi Lebak Selatan, sebagai lembaga swadaya masyarakat yang sedang memperjuangkan kesadaran warganya untuk lebih aware terhadap isu bencana, keaktifan mahasiswa dalam upaya ini menjadi solusi cerdas yang diinovasikan petinggi akademisi dan praktisi. Mereka saling bersatu padu membangkitkan semangat masyarakat untuk membuka mata lebih lebar terkait adanya potensi bencana di wilayah tempat tinggal mereka.

Salah satu kegiatan yang digiatkan para mahasiswa pada momen tersebut adalah memberikan edukasi dan pengetahuan dasar kepada warga setempat tentang karakteristik wilayah dan cara aman berlindung dalam proses evakuasi pada saat terjadi bencana. Mahasiswa yang mendatangi warga mendapatkan sambutan hangat, bahkan masyarakat begitu antusias mendengarkan informasi yang disampaikan. Padahal jika mengungkap kejadian masa lalu, ketika relawan Gugus Mitigasi Lebak Selatan mengadakan sosialisasi yang sama, respon yang didapat cenderung terbalik 180 derajat. Adanya penolakan berupa sikap antipati masyarakat menjadi kesulitan yang kala itu dialami Anis Faisal Reza selaku Ketua Gugus Mitigasi Lebak Selatan.

Pada realitas tersebut, dapat terlihat seperti apa pandangan masyarakat terhadap seseorang yang memegang ‘jabatan’ sebagai ‘mahasiswa’. Merekalah sosok yang dapat membuat masyarakat ingin mendengar dan melihat. Jika sepintas dianalisa, kegiatan tersebut bukanlah sesuatu aktivitas mewah yang membutuhkan banyak persiapan panjang, melainkan aktivitas sederhana yang sebenarnya merupakan hal dasar yang sering dikerjakan mahasiswa dalam tahapan pembelajarannya di jenjang perkuliahan. Namun, sekecil apapun usaha yang dikontribusikan mahasiswa terhadap kemanusiaan, akan memiliki dampak baik selagi diawali dari niat yang tulus.

Share this Articles

Komunitas berbasis masyarakat yang bergerak di bidang mitigasi kebencanaan di Lebak Selatan

ALAMAT

Villa Hejo Kiarapayung, Kp. Kiarapayung, RT 004 RW 004, Desa/Kec. Panggarangan, Kab. Lebak, Banten - 42392

Copyright 2025, GMLS. All Rights Reserved.